Kamis, 19 Mei 2016

KONDENSASI ALDOL

KONDENSASI ALDOL
Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organik antara ion enolat dengan senyawa karbonil , membentuk β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi.






Kondensasi aldol sangatlah penting dalam sintesis organik karena menghasilkan ikatan karbon-karbon dengan baik. Kondensasi aldol umumnya didiskusikan pada pelajaran kimia organik tingkat universitas. Dalam bentuk yang biasa, ia melibatkan adisi nukleofilik sebuah enolat keton ke sebuah aldehida, membentuk β-hidroksi keton, atau sebuah "aldol" (aldehida + alkohol), sebuah unit struktural yang dijumpai pada molekul alami dan obat-obatan



 
proses terbentuknya kondensasi aldol

a. Terjadi pada aldehida berhidrogen alfa
b.Dapat terjadi kondensasi diri atau silang (dengan aldehida berhidrogen alfa lain atau aldehida tidak berhidrogen alfa)
c.Dapat dikatalis oleh basa atau asam Menghasilkan produk berupa “aldol” (aldehida dan alkohol)
d.Aldol dapat mengalami dehidrasi sehingga diperoleh aldehida tak jenuh (enal)
e.Bila melibatkan keton, maka reaksinya dinamakan Kondensasi Claisen-Schmidt

mekanisme reaksi

 

reaksi wittig


REAKSI WITTIG
reaksi wittig merupakan pembentukan reaksi siklik.> Aldehida dan keton bereaksi dengan ilida fosfat menghasilkan alkena dantrifenilfosfin oksida. Ilida adalah adalah senyawa dipolar dengan muatan + dan
- yang berdampingan. Dalam proses ini ilida fosfat (disebut juga fosforan atau pereaksi Wittig) bereaksi dengan keton dan aldehida menghasilkan betain senyawa dipolar di mana muatan-muatannya tidak berdampingan). Intermediet teain dalam reaksi Wittig tidak stabil dan terurai pada temperatur di bawah 0°C
untuk menghasilkan alkena dan trifeiulfisfin oksida. Hasil nettonya adalah peaggantian oksigen karbonil oleh fragmen organik yang awalnya terikat pada fosfor.

Ilida fosfat dibuat dengan mudah melalui reaksi SN2 dan alkil halida primer (tetapi bukan amina sekunder atau tersier) dengan trifenilfosfin, diikuti itngan perlakuan basa. Triorgano fosfin adalah nukleofil yang sangat bagus
dalam reaksi SN2, dan reaksinya dengan alkil halida primer tersebut akan menghasilkan garam tetraorganofosfonium yang stabil. Proton pada karbon di samping fosfor yang bermuatan positif adalah bersifat asam dan dapat diambil oleh basa seperti natrium hidrida atau butillitium (BuLi) untuk menghasilkan ilida
yang netral.


berikut tahapan dalam pembentukan reaksi wittig
a.pembentukan garam Fosfonium
b.pembentukan Ylida
c.pembentukan Alkena

mekanisme reaksi wittigg

sumber: Antony, C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB.
             Fessenden, Ralp J. dan Joan Fessenden. 1994. Kimia Organik Edisi III Jilid 2. Jakarta : Erlangga.


 

Minggu, 01 Mei 2016

cortisone

Kortison adalah suatu hormon steroid yang mempunyai nama kimia: 17-hydroxy 11-dehydrocortisosterone. kortison adalah hormon yang dibuat oleh dua kelenjar adrenal (satu terletak pada setiap ginjal) dan itu sangat penting bagi kehidupan. Kortisol membantu menjaga tekanan darah, fungsi kekebalan tubuh dan proses anti-inflamasi tubuh.Terletak di dalam otak, kelenjar hipofisis mengatur jumlah kortisol yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal. Para spesialis kadang-kadang menggunakan sintetis kortisol seperti senyawa yang dikenal sebagai kortikosteroid untuk mengobati gangguan umum- terkait kortisol. Jika diambil pada dosis tinggi atau dalam waktu lama, perawatan ini dapat memiliki sejumlah efek samping, termasuk osteoporosis (pengeroposan tulang) dan diabetes.
rumus cortisone:



berikut ini mekanisme pembentukan cincin A

untuk mendapatkan cincin reaksinya sebagai berikut:

berikut penjelasannya:

  • Tahap I
      Pada tahap ini, terjadi reaksi diels alder antara alkena dengan suatu diena membentuk senyawa siklik (cincin D) selanjutnya terjadi reaksi reduksi oleh LiAlH4 sehingga gugus keton berubah menjadi OH. Mekanismenya adalah sebgai berikut :

  • Tahap II

       Pada tahap ini terjadi reaksi kondensasi aldol menggunakan reagen 1-pentena-3-on sehingga terbentuk siklik  (cincin B) dan selanjutnya terjadi reaksi  osimilasi dengan menggunakan OsO4 yang mengadisi ikatan rangkap pada alkena dan membentuk diol. mekanismenya sebagai berikut :

  • Tahap III

       Pada tahap ini, ditambahkan aseton yang berfungsi untuk membentuk gugus pelindung ketoester yang berfungsi melindungi gugus OH pada cincin D agar tidak bereaksi dengan reagen yang ditambahkan, mekanismenya sebagai berikut :

  • Tahap IV

      Pada tahap ini senyawa yang sudah dihasilkan direaksikan dengan gas H2 dengan katalis Paladium (Pd) yang berfungsi untuk mengadisi ikatan rangkap pada cincin C, mekanismenya adalah sebagai berikut :


  • Tahap V

      Pada tahap ini, terjadi reaksi kondensasi aldol dengan menggunakan reagen 1-butena-3-on sehingga terbentuk siklik (cincin A), mekanismenya adalah sebagai berikut :


  • Tahap VI

     Selanjutnya pada tahap ini, senyawa yang dihasilkan dioksidasi membentuk asam karboksilat (pada cincin A), mekanismenya sebagai berikut :


  • Tahap VII

   Pada tahap ini, senyawa yang dihasilkan direduksi membentuk alkohol (pada cincin A),yang selanjutnya alkohol yang terbentuk akan terdelokalisasi ke cincin C,  mekanismenya sebagai berikut :


  • Tahap VIII

     Pada tahap ini, ditambahkan reagen HCl/MeOH yang berfungsi melepaskan gugus pelindung ketoester sehingga membentuk gugus pelindung awal (OH), yang selanjutnya terjadi delokalisasi, mekanismenya adalah sebagai berikut :


  • Tahap IX
      Pada tahap ini, senyawa yang dihasilkan dioksidasi untuk mengubah OH menjadi keton dan menyebabkan karbon pada cincin D menjadi suatu karbokation, yang selanjutnya akan direaksikan dengan H2O sehingga OH menyerang karbokation pada cincin D sehingga terbentuk lah senyawa kortison yang diinginkan, mekanismenya adalah sebagai berikut :



 
 
 
Daftar Pustaka :
http://www.kerjanya.net/faq/4846-kortison.html
http://mylife-diechemie.blogspot.co.id/2011/12/reaksi-adisi-alkena-lanjutan.html
https://www.scribd.com/doc/45443761/Kortison